Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kini masih menjadi permasalahan kesehatan serius di Indonesia.
Bahkan selama pandemi, dilaporkan jumlah penderita DBD terus meningkat.
Guna menekan ancaman penyebaran dan penularan DBD, tim riset UGM yang tergabung dalam Word Mosquito Program (WMP) Yogyakarta mengembangkan teknologi wolbachia untuk menekan penyebaran penyakit demam berdarah.
Dinakhodai Adi Utarini, WMP melakukan penelitian terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk aedes aegypti yang telah diinveksi bakteri wolbachia.
Disarikan dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, wolbachia adalah nama bakteri yang dapat tumbuh alami di dalam tubuh serangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti.
Salah satu penelitinya, Warsito Tantowijoyo menjelaskan nyamuk aedes aegypti yang dikenal sebagai vektor pembawa virus dengue tidak akan mampu menularkan ke manusia apabila di dalam tubuhnya mengandung bakteri wolbcahia.
Hal itu dikarenakan wolbachia akan menahan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Pada nyamuk tidak akan tampak perubahan, namun, virus dengue tidak bisa berkembang karena wolbachia memblokade proses replikasi virus tersebut.
Tak hanya menahan laju replikasi, adanya wolbachia dalam tubuh nyamuk akan menyebabkan jumlah virus dengue pun menjadi sedikit, sehingga semakin rendah potensinya untuk menularkan demam berdarah.
Penelitian yang dimulai dari tahun 2011 itu sebenarnya sudah membuahkan hasil.
Terdapat daerah yang menjadi lokasi riset penyebaran nyamuk terinveksi wolbachia di Yogyakarta.
Hasilnya, mampu menurunkan jumlah insiden demam berdarah.
Namun begitu, penyebaran nyamuk wolbachia akan dihentikan apabila populasinya sudah mencapai sekitar 60 persen.
Dikutip dari ugm.ac.id, Eggi Arguni selaku anggota tim peneliti WMP mengatakan pada tahap awal pelaksanaan penelitain ini pihaknya banyak berdialog dengan masyarakat agar mereka bisa diajak kerja sama dalam pengembangan teknologi wolbachia ini.
Penerapan teknologi wolbachia pada nyamuk menurutnya serupa dengan vaksinasi nyamuk agar meningkatkan imunitasnya agar bisa terlindungi dari infeksi virus dengue.
Menurutnya, nyamuk yang yang mengandung wolbachia akan mengalami modifikasi RNA sehingga virus dengue tidak bisa melakukan replikasi di dalam sel tubuh nyamuk.
“Nyamuk yang tidak punya wolbachia, replikasi virus dengue sangat tinggi dibanding nyamuk yang ada wolbachianya,” pungkasnya.
ANNISA FIRDAUSI Pilihan Editor: Jus Jambu Biji untuk Obati DBD, Mitos Atau Fakta